• Posted by : Ciel Rabu, 09 Desember 2015

    Ketika Trend Mengalahkan Jati Diri Sebuah Bangsa - Saya pribadi tidak menyalahkan budaya barat atau produk asing yang masuk ke Indonesia, tapi semua ini mengenai perilaku individu sebagian dari masyarakat pribumi sekarang ini, terutama para kaum remaja dan anak-anak, yang orang tua juga. Kadangkala kita merasa bangga menggunakan produk negara asing, ya itu semua hanya karena mengikuti sebuah trend.

    Mungkin kalian pernah mendengar cerita kakek, nenek, dan orang tua mengenai budaya jaman dulu khas negara kita, ciri khas tersebut terlihat dari ETIKA:

    1. Etika berpakaian. Gaya berpakaian yang tertutup menunjukkan eksistensi individu dalam menjaga sebuah harga diri, khususnya seorang wanita. Tidak seperti sekarang, yang dengan bangganya memamerkan lekuk tubuh, dan membuat lelaki hidung belang terpancing nafsu syahwatnya. Bahkan lucunya, ada seorang wanita 'penganut' (bodoh) trend yang sering merapikan rok mininya karena risih dilihat kaum adam. Sudah tau kalau itu membuat 'kalian' (perempuan) risih, tapi kenapa tetap dipakai ya? Think smart, please!

    2. Etika berbicara. Seharusnya, berbicara dengan orang yang lebih tua menggunakan bahasa 'penghormatan' (kalau dalam bahasa jawa, namanya krama alus), bukan malah berbicara layaknya teman atau adik.

    3. Etika bergaul. Jangan pilih-pilih teman, pada dasarnya semuanya itu 'sama' (si miskin dan si kaya juga ingin memiliki teman), yang membedakan hanya pada pola pikir masing-masing individu. Tips bergaul yang baik adalah tirulah sikap dan ucapan mereka yang baik-baik saja, dan yang buruk jangan ditiru.

    4. Dan etika-etika lainnya.

    Ketika seseorang mengikuti sebuah trend, hal itu tidaklah salah. Namun, ketika trend mengalahkan atau merusak jati diri seseorang dan sebuah negara, itulah yang salah. Tidak perlu melihat atau menunjuk orang lain, lihat dan sadari akan sikap diri kita selama ini. Apakah melenceng dari jati diri bangsa atau tidak?

    Coba kita lihat realitanya, banyak orang mancanegara belajar dari budaya bangsa kita, misal: tari, pakaian adat, lagu daerah, bahasa, alat musik, dan kehidupan masyarakat di daerah tertentu. Tapi kita? Malah asyik dengan mainan baru buatan bangsa lain. Ketika budaya kita diklaim pihak asing, barulah kelihatan pedulinya. Apa perlu diklaim semuanya dahulu agar rasa nasionalis pada diri kita muncul? Nggak perlu, kan?

    Oh iya, contoh kecil ketika trend bahasa Inggris merusak mata dan telinga kita. Ketika ada orang dari mancanegara mengucapkan bahasa Indonesia yang belepotan, kita merasa bangga dan mengapresiasi mereka. Tapi, jika ada orang Indonesia yang belepotan berbahasa Inggris kita malah menertawakan mereka, bahkan malah menghina, entah cupu, ndeso, tidak gaul, atau apalah. Padahal orang asing dan orang Indonesia itu juga sama-sama baru belajar berbahasa negara lain, toh itu juga bukan keahlian mereka masing-masing. Tapi kenapa kita malah memperlakukan kedua orang itu secara berbeda? Apa hanya karena sebuah trend membuat kita menutup mata dan telinga? Memang apabila bahasa Inggris kita nilainya baik, lalu nilai PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) kita juga baik? Belum tentu juga bukan? Kenapa kita harus belajar bahasa asing, jika bahasa negara sendiri saja masih belepotan? Apa karena bahasa Inggris adalah bahasa Internasional, begitu? Kenapa kita tidak memiliki inisiatif agar bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional? Apa gunanya bahasa Indonesia diajarkan di sekolah-sekolah selama ini kalau begitu, dan pada akhirnya bahasa Indonesia hanya digunakan sebagai pelengkap pelajaran di sekolah saja, bukan bahasa trend? Pikir dan renungkan.

    Mungkin, beberapa dari kalian tidak menyadari akan perubahan yang menyimpang dari jati diri bangsa ini, karena saya sendiri pun sebelumnya juga demikian, dan kemudian tersadar bahwa memang benar bahwa hal itu telah terjadi. Saya juga yakin bahwasanya beberapa dari kalian tidak peduli dengan apa yang saya tulis ini, karena saya tau arti antara HAK dan KEWAJIBAN seseorang. HAK bersifat pribadi, dan KEWAJIBAN bersifat 'wajib' (namanya juga wajib). Tapi, jangan lupa dengan kewajiban kita sebagai warga negara.

    By the way, bukannya apa-apa. Saya hanya mengajak pada hal yang BAIK dan BENAR.

    Jadi, bagaimana sekarang? Proses berpikir pada otak sudah mulai berfungsi dengan 'semestinya' (sadar)? Kalau belum, alasannya apa? Apa karena Malu atau Gengsi? Saya beritahu ya, Gengsi itu adalah sebuah penyakit menular yang dapat merusak fungsi otak dan efeknya berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup diri sendiri dan orang lain. Gara-gara Gengsi juga, banyak teman yang pergi menjauhi kita. Saya juga 'tau' (berdasarkan baca-baca sumber), bahwa setiap manusia itu pada dasarnya adalah Orang Baik.

    Lalu, kenapa ada orang jahat? Sifat jahat bisa disebabkan oleh '3 hal' (kalau tidak salah), yaitu: dendam, iri, dan tamak. Yang dapat menyembuhkan sifat jahat adalah cinta dan kasih yang dimiliki setiap individu, namun itu semua harus diiringi juga dengan niat dan usaha. Karena tanpa diiringi dengan niat dan usaha, maka sifat jahat akan selalu hadir dimana pun kita berada. Niat dan usaha seseorang akan berjalan apabila otak juga mau berpikir.

    Ketika Trend Mengalahkan Jati Diri Sebuah Bangsa Isyana sarasvati nyanyi

    Nah, sekarang kita mau bagaimana? Mau tetap Indonesia seperti sekarang ini, ditekan habis-habisan oleh negara asing seperti jaman penjajahan. Atau menjadi negara yang benar-benar merdeka? Ketika trend telah menghancurkan harga diri bangsa ini, itu sama saja dengan kita menipu kepercayaan para pahlawan yang telah mempertaruhkan nyawanya di medan pertempuran melawan penjajah.


    ------

    Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat dan dapat merubah pola pikir kita.

    Jika suka artikel ini, silakan SHARE!

    Akhir kata salam Ngeblog Asyikk \^o^/

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - QuinBlog

    QuinBlog - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan